CREATIVITY is just not something you think about, it is something you DO.
Tina Seelig
Tina Seelig, seorang profesor di Stanford University menggagas Innovation Engine, yang menggambarkan hal-hal yang dapat menjadi pemicu penciptaan inovasi. Tiga engine berada di internal manusia (internal ingine), yaitu imagination, knowledge dan attitude. Tiga engine lain berada di luar diri manusia (external engine), yaitu resources, culture dan habitat.

Pada materi Innovation Engine 1 dibahas tentang Internal Engine yang terdiri dari:
- Imagination
- Knowledge
- Attitude
PENDAHULUAN
Terdapat tiga BAGIAN DALAM Innovation Engine, yaitu:
- Pengetahuan (Knowledge) Anda memberikan bahan bakar untuk imajinasi Anda.
- Imajinasi (Imagination) Anda adalah katalisator untuk transformasi pengetahuan menjadi ide-ide baru.
- Sikap (Attitude) Anda adalah percikan yang menggerakkan Innovation Engine.
IMAGINATION
- Reframing Problems
- Connect and Combine Ideas
- Challenging Assumptions
Reframing Problems
Jika ditanyakan, berapakah 5 + 5? Maka jawabannya adalah 10.

Namun, jika ditanyakan berapa yang bisa dijumlahkan untuk mendapatkan hasil 10? Jawabannya bisa 1 + 9, 8 + 2 dan seterusnya. Setiap orang bisa memberi sebanyak apapun jawaban. Jawabannya tidak terbatas, infinite.

Ilustrasi ini menjadi dasar pemikiran untuk kita tentang imajinasi. Jangan pernah batasi diri Anda untuk bisa mendapatkan banyak jalan untuk mencapai satu jawaban atau satu tujuan. Ketika menggali informasi dan solusi, pergunakanlah konsep ? + ? = 10, agar Anda tidak membatasi diri untuk satu jawaban pasti.
Menguasai kemampuan untuk menyusun ulang masalah (reframing problems) adalah alat penting untuk meningkatkan imajinasi Anda karena ini membuka beragam solusi. Ketika Anda mengubah bingkai, cara pandang terhadap satu masalah, maka Anda dapat mengubah rentang solusi-solusi yang mungkin untuk masalah tersebut.
Yang dimaksud dengan reframing problems adalah melihat sebuah kejadian dari banyak sudut pandang, melakukan framing dan reframing kejadian tersebut. Dengan reframing problems, Anda mencoba untuk melihat setiap situasi dari sudut pandang individu yang berbeda, seperti:
- Bagaimana seorang anak atau senior melihat sebuah situasi?
- Bagaimana dengan pakar pemula, atau penduduk lokal versus pengunjung? Orang kaya atau miskin?
- Orang yang tinggi atau pendek?
Setiap sudut memberikan perspektif yang berbeda dan mengeluarkan wawasan dan ide baru.
Empati
Berempati terhadap tipe orang yang sangat berbeda adalah salah satu cara agar Anda dapat merancang produk dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Dengan empati, Anda mengubah kerangka acuan Anda dengan mengalihkan perspektif Anda ke orang lain. Bukan lagi melihat masalah dari sudut pandang Anda, Anda melihatnya dari sudut pandang pengguna Anda.
Anda dapat menemukan atau mengungkap kebutuhan pengguna dengan mengamati, mendengarkan, dan mewawancarai, lalu mengumpulkan wawasan untuk menggambarkan secara detail kebutuhan tersebut dari sudut pandang setiap pengguna.
Bertanya yang Dimulai dengan MENGAPA
Salah satu nilai berharga untuk membuat sebuah frame adalah dengan bertanya yang dimulai dengan MENGAPA. Contoh: Jika saya meminta Anda membangun jembatan untuk saya,
- Anda bisa pergi dan membangun jembatan.
- Atau Anda bisa kembali kepada saya dengan pertanyaan lain:
- Mengapa Anda membutuhkan jembatan? – Saya perlu jembatan untuk sampai ke sisi lain sungai. (Tanggapan ini membuka kerangka solusi yang mungkin.)
- Jelas ada banyak cara untuk menyeberangi sungai selain menggunakan jembatan. Anda bisa menggali terowongan, naik feri, mendayung kano atau menerbangkan balon udara. Ini baru beberapa cara saja.
Anda kemudian dapat membuka frame lebih jauh dengan menanyakan mengapa saya ingin ke sisi lain sungai. Bayangkan saya memberi tahu Anda bahwa saya bekerja di sisi lain tersebut. Ini, sekali lagi, memberikan informasi yang berharga dan lebih memperluas jangkauan solusi yang mungkin. Mungkin ada cara yang layak bagi saya untuk mencari nafkah tanpa harus menyeberangi sungai.
Mari kita berlatih mengubah-ubah frame sebuah persoalan
Lakukanlah reframing terhadap sebuah coffee shop dan apa yang memungkinkan dari padanya.
Gambar 1 menunjukkan coffee shop pada umumnya, tempat orang datang sendiri atau sekelompok, lalu menikmati kopi.

Ketika melakukan reframing terhadap konsep dan definisi coffee shop, maka kita dapat membayangkan berbagai bentuk fisik, jenis layanan yang bisa terjadi pada sebuah coffee shop. Pada Gambar 2 kita melihat coffee shop yang ditambahkan fungsinya, tidak sekedar tempat meminum kopi, tetapi juga tempat bekerja.

Pada Gambar 1 dan Gambar 2 kita membingkai (frame) sebuah coffee shop sebagai sebuah tempat berbentuk gedung fisik. Ketika melakukan reframing terhadap konsep coffee shop, kita bisa berimajinasi, melihat sekitar dan membentuk empati. Bahwa ternyata menikmati kopi tidak harus selalu dengan cara duduk di coffee shop. Kopi tetap dapat dinikmati dalam perjalanan ke kantor atau kopi dapat dinikmati dengan membawanya pulang. maka pada Gambar 3 dan Gambar kita dapat melihat konsep menjual minum berbasis kopi dengan menggunakan kendaraan. Konsep ini sering disebut dengan coffee to go, sedangkan tempatnya sendiri sering disebut coffee truck.

Konsep coffee truck justru memiliki kelebihan dibandingkan coffee shop yang menetap di sebuah bangunan. Coffee truck dapat bergerak berpindah tempat, mendekat ke keramaian misalnya.

Selain coffee shop yang sudah mapan dan juga coffee truck, kita masih dapat melakukan reframing terhadap definisi meminum kopi. Pada Gambar 5 kita melihat sebuah coffee shop di bangunan kecil, yang hanya cukup menampung peralatan kopi dan pemiliknya. Pembeli dapat berdiri di luar coffee shop jika ingin menikmati kopi di tempat. Konsep ini memberi jalan bahwa berjualan kopi juga dapat dilakukan pada tempat yang terbatas, dan menyasar pelanggan tertentu, yang bersedia untuk menikmati kopinya sambil berdiri. Dan pelanggan dengan tipe tersebut ada nyata.

Dari ilustrasi di atas kita dapat menyimpulkan, dalam sebuah usaha, framing dan reframing masalah dapat membuka pintu bagi usaha baru yang inovatif.
Dahulu bioskop adalah tempat untuk menonton film-film terbaru di layar lebar dengan sound system bersuara jernih. Seiring perkembangan zaman, orang-orang mulai menonton di rumah dengan menyewa VCD. Namun, saat ini konsep bioskop dan penyewaan VCD tersebut berkembang menjadi penyewaan film-film terbaru melalui aplikasi, salah satunya Netflix.

Netflix melakukan reframing sebuah persoalan, menggunakan imaginasi, hingga akhirnya solusi yang tidak terbayangkan sebelumnya, bisa menjadi potensi dan sumber pendapatan yang sangat besar. Para penonton film saat ini tidak lagi harus terpaku pada jam tayang bioskop, tidak harus mengantri saat membeli tiket dan terutama tidak perlu keluar rumah untuk menonton film-film terbaru.
Sama dengan Netflix, Amazon juga telah mengubah konsep berbelanja masa kini. Anda sekarang dapat membeli apapun di amazon.com. Di awali dengan menjual buku, Amazon berhasil melakukan reframing terhadap konsep toko buku dan bertransaksi jual beli produk tanpa harus mendatangi toko.

Buku biasanya dijual di toko, pembeli datang, menyentuh, membuka dan memilih buku fisik, melakukan pembayaran, lalu pulang. Konsep ini diubah oleh Amazon menjadi pembeli dapat memilih dan membayar buku tanpa harus datang ke toko buku, cukup berselancar di internet dan melakukan pembayaran secara online. Saat ini, tak hanya buku, Amazon menjual apapun dan dapat diakses darimana pun di dunia.

Connect and Combine Ideas
Salah satu jalan untuk membentuk imajinasi adalah dengan menghubungkan dan menggabungkan obyek-obyek dan konsep-konsep yang di permukaan terlihat tidak berhubungan. Dengan mencari cara untuk memadukan obyek atau konsep ini, kita melihat banyak ide yang mengejutkan dan menarik muncul.
Kita dapat melihat pada Gambar 9, cone yang bisanya digunakan sebagai tempat es krim, malah dikombinasikan dengan cappuccino yang biasanya ditempatkan di sebuah mug atau paper cup. Jadi, setelah orang meminum kopinya, sekaligus juga dapat memakan wadahnya.
Ketika menikmati teh atau kopi, kita biasanya sambil menikmati cookies. Kebiasaan ini menginspirasi untuk menggabungkan mug dengan tempat cookies menjadi satu. Gambar 10 menunjukkan sebuah mug yang di bagian bawahnya terdapat tempat meletakkan cookies, menunjukkan konsep connect and combine ideas.

Japanese Art of Chindogu adalah satu contoh bagaimana melibatkan penggabungan produk yang sama sekali tidak berhubungan untuk menciptakan penemuan yang sangat tidak biasa. Seni ini disebut dengan UNUSELESS Invention. Beberapa contoh dari Japanese Art of Chindogu adalah sebagai berikut.





Mampu menghubungkan dan menggabungkan ide dan objek yang tidak jelas sangat penting untuk inovasi dan bagian penting dari proses berpikir kreatif. Seiring dengan kemampuan Anda untuk menyusun reframing problems, hal ini melibatkan imajinasi Anda dan dengan demikian membuka Innovation Engine Anda. Anda harus mampu mengatur dan mengatur ulang hal-hal yang Anda ketahui dan sumber daya yang Anda miliki untuk menghasilkan ide-ide baru.
Mengembangkan kembali ide dan penemuan yang telah ada adalah cara lain untuk mendorong inovasi, misalnya:
- Pelukis terinspirasi dari alat, teknik, dan pendekatan seniman lain
- Musisi mengembangkan musiknya berdasarkan gaya musisi lain yang pernah mereka dengar
- Penulis dipengaruhi oleh literatur yang mereka baca
- Penemu terinspirasi dari kreasi orang lain.
Cara yang baik untuk bereksperimen dengan koneksi sehari-hari adalah dengan menggunakan metafora dan analogi. Dengan membandingkan satu hal dengan hal lainnya, Anda akan menemukan persamaan menarik yang membuka dunia ide-ide baru.
Metafora: n Ling pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara.
Analogi: 1 persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yang berlainan; kias: 2 Ling kesepadanan antara bentuk bahasa yang menjadi dasar terjadinya bentuk lain; 3 Mik sesuatu yang sama dalam bentuk, susunan, atau fungsi, tetapi berlainan asal-usulnya sehingga tidak ada hubungan kekerabatan; 4 Sas kesamaan sebagian ciri antara dua benda atau hal yang dapat dipakai untuk dasar perbandingan;
“Good artist copy, great artist steal.”
Pablo Picasso
Challenging Assumptions
Konsep “Challenging Assumptions” dilakukan dengan memberikan persoalan-persoalan yang benar-benar mengejutkan di mana tidak ada satu jawaban yang benar.
Kebanyakan orang jatuh ke dalam perangkap untuk menjalankan solusi pertama yang mereka temukan, meskipun itu mungkin bukan solusi terbaik. Faktanya, solusi yang jauh lebih baik biasanya menunggu untuk digali. Sayangnya, kebanyakan orang puas dengan solusi pertama yang ditemukan, lalu kehilangan kesempatan untuk menghasilkan pendekatan inovatif yang membutuhkan lebih banyak upaya untuk menemukannya.
Tim Hurson dalam Think Better menggagas konsep “3rd third”.
- Solusi pertama yang Anda dapatkan saat menghadapi masalah sudah jelas.
- Solusi kedua lebih menarik.
- Rangkaian ide ketiga yang Anda hasilkan menjadi semakin kreatif.
Ada lebih dari satu cara untuk melampaui jawaban yang jelas untuk mendapatkan ide-ide baru. Mendapatkan ide-ide lebih jauh ini dapat dilakukan dengan cara brainstorming. Brainstorming pertama kali dipopulerkan oleh Alex Faickney Osborn dalam bukunya Applied Imagination yang diterbitkan pada tahun 1953. Empat prinsip inti dari pendekatannya adalah menunda penilaian, menghasilkan banyak ide, mendorong ide yang tidak biasa dan menggabungkan ide-ide.
Materi selanjutnya
Innovation Engine: Knowledge, Attitude
Referensi
- inGenius: A Crash Course on Creativity. Tina Seelig. 2012.
- The Luck Factor, Richard Wiseman, http://richardwiseman.com/resources/The_Luck_Factor.pdf
- Photo by Matt Ridley on Unsplash
Views: 1329